Ketidaksepakatan ialah awal dari suatu bentuk kesepakatan yang kelak akan terbangun di suatu hari mendatang. Suatu pohon dikatakan hidup jika "dia" memiliki daun (leaf) yang hijau dan buah nan lebat agar dapat dikatakan "sebuah pohon yang hidup". Hari ini tidak seperti lalu, tiba tiba datang sebuah aufklarung (pencerahan) sambil ngerumpi (re: teknik bersosialisasi yang sangat efektif sewajarnya ibu-ibu rumah tangga atau cewek melakukannya saat belonjo (re: bahasa jawa membeli sesuatu di pasar), shopping (re: biasanya berhubungan dengan Mall atau sejenis minimarket berjaringan sejenisnya), arisan bahkan pengajian) dan menikmati petang dengan secangkir kopi susu sintetis hangat 26 April 2016 dengan seorang kawan yang masih belum berstatus sosial (re: menurut kebutuhan saat ini diharuskan memiliki sebuah pengukuhan berupa pacar atau sejenisnya) agar dapat dikatakan hidup di dalam suatu lingkungan (re: warung, warung kopi dan sejenisnya). Hal yang sangat mendasar dalam berhubungan ialah suatu komunikasi yang panjang dan njelimet (re: bahasa jawa berputar-putar dalam menjelaskan dan cenderung membuat lawan bicara bingung) diringkas menjadi suatu santapan hangat dan gurih untuk sang lawan bicara. Menengok pada teori sang bapak pendidikan Ki Hajar Dewantoro, beliau merumuskan 3 hal yang sangat mendasari terbentuknya suatu karakter atau pribadi diantaranya ialah keluarga, sekolah, dan lingkungan. Fase awal pembentukan karakter manusia yang rata-rata dilahirkan dari rahim sang bunda dan dibesarkan pula dalam jangka waktu yang lumayan lama hampir seperempat tahun umur manusia jika dipukul rata 100 tahun. Fase awal kehidupan manusia yang didalamnya terdapat cinta dan kasih sayang dalam merawat serta mengajarkan hal yang baik dan buruk (dimana pelajaran berbicara, merangkak, berjalan dan berlari sudah termasuk di dalamnya). Apapun yang dilakukan orang tua pastilah cerminan sikap perilaku seorang anak pada saat dewasa nantinya entah dalam cara bertahan hidup atau berkomunikasi pada suatu lingkungan, benar jikakalau pepatah mengatakan "buah tak jatuh jauh dari pohonnya". Fase kedua ialah saat manusia menengah mulai mengenal dunia pendidikan berkedok sekolah. Dimana dia dapat mengetahui apa apa yang sebelumnya yang tidak diketahuinya saat dalam fase pertama. Dalam hal ilmu pengetahuan, ilmu berkebangsaan, ilmu yang mempelajari alam, dan ilmu ilmu penunjang lainnya. Manusia menengah ini menjadikan dirinya "gelas kosong" yang benar benar harus diisi penuh, dijadikan seperempat lagi umurnya untuk mencari ilmu lain yang tidak didapatkan dari fase sebelumnya. Pada fase terakhir merupakan pokok penentu pada suatu karakter atau pribadi, sebuah "tembakau" memiliki passion (re: rasa yang ditimbulkan setelah terjadi reaksi akan dua sesuatu yang bercampur dan bertemu atau lebih) yang berbeda-beda tergantung pada tanah, iklim, dan air resapan sebagai "tempat" untuk hidupnya. Sehingga pada akhirnya manusia terakhir ini menemukan sesuatu yang nantinya akan dijadikan bahan eksistensinya setelah dia mendapatkan passion yang pas menurut dirinya. Ibarat serial kartun "kera sakti" seekor monyet sakti yang dapat berbicara sun gokong sangatlah menghormati seorang guru yang bertujuan berjalan jauh untuk bertemu nirvana (re: pada ajaran Buddha dan Hindu menggunakan untuk menyebut suatu puncak dari rohani seeorang yang telah suci secara batin dan fikiran), padahal dia yang merupakan iblis pada awal kelahirannya pada akhirnya dijadikan seekor monyet yang patuh dan taat kepada ajaran sang guru. Pada salah satu seri kartun animasi karya Matt Groening yang berjudul “Simpson” dikatakan didalamnya bahwa si Lisa yang menolak tentang komersialisasi gereja dan pada akhirnya dia mencari agama baru yaitu Buddha, dalam cuplikannya dia mengatakan “Aku mencari keyakinan baru, yang tidak terlalu meterialistis” dan lalu seseorang di dalam kuil mengatakan “Budhisme mengajarkan bahwa penderitaan disebabkan keinginan”, film kartun ini isunya telah memprediksi kejadian tertabraknya gedung WTC (World Trade Center) yang ditabrak oleh pesawat buatan Amerika sendiri sehingga menyebabkan gedung menara kembar tersebut hancur total. Menengok dari kisah-kisah diatas coba kita tabrakan konsep diatas dengan realita (re: sesuatu yang bersifat nyata dan dapat disentuh) di lapangan. Pernahkah seorang yang tidak normal atau gila dalam bahasa kita sehari hari dtemukan mati dalam keaadan tragis dikarenakan dia salah makan? Setahu dan sepengetahuan saya tidak mungkin. Apa yang tertinggal pada seorang yang gila ketika dia sudah membuang jauh kemaluan maupun kemapanan nya? Naluri untuk hidup, konsep kebutuhan dasar manusia untuk makan benar adanya bergantung pada kebutuhan masing masing. Makan pun meskipun sembarangan dia masih memilih mana mana yang dianggap layak untuk dimakan. Apa pernah kita tahu sebenarnya makanan yang dimakan oleh seorang gila merupakan makanan basi (re: sesuatu yang tidak dapat dimakan dikarenakan telah menjamur dan jikalau sampai termakan dapat menimbulkan efek samping sakit atau nyeri di bagian perut) atau hanya makanan sisa yang belum berjamur dan layak "sebenarnya" untuk dikonsumsi? Pernakah berfikir bahwasanya fase ketika manusia hanya bermodal kebutuhan dasar berupa "makan" sudah dapat melampaui batas kebutuhan yang saat ini ditawarkan dalam era simulasi dimana kita hanya memakan merk. Manusia pada umumnya pasti berfikir akan tidak membaca pada awalnya dikarenakan ketidak sepakatannya terhadap judul ataupun topik yang saya ambil, tetapi ingin merasa tahu karena kebutuhan dasarnya untuk "makan". Secara tidak sadar "kita" lah yang terjebak dalam permasalahan kebutuhan apa yang dibutuhkan untuk hari ini, wajib memandang bagaimana idealnya juga untuk siklus semu yang mematikan kebutuhan dasar kita akan hidup.
( Lucky R. Aghazsi - 20/04/2016 )
0 komentar: